Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Batee Seumbahyang (Batu Sembahyang)

KISAH BATEE SEUMBAHYANG (BATU SEMBAHYANG)
Kisah Batee Seumbahyang (Batu Sembahyang)

Aceh merupakan daerah yang menyimpan banyak sejarah. Akan tetapi saat ini minat masyarakat untuk mempelajari sejarah dan kisah-kisah tempo dulu sangat jauh berkurang. Alhasil dalam perkembangannya, berbagai legenda, kisah dan sejarah yang diketahui orang-orang tua tempo dulu banyak yang hilang seiring dengan meninggalnya mereka satu persatu.

Selain itu, Aceh juga mempunyai tempat-tempat tertentu yang semakin lama semakin dilupakan. Tempat tersebut pada masanya sangat dikenal, karena menyimpan nilai sejarah yang menceritakan berbagai kisah berisi nilai moral yang sangat penting bagi generasi yang akan datang.

Salah satu lokasi benda bersejarah yang dilupakan adalah Batee Seumbahyang (Batu Shalat) yang terletak di Desa Alue Unoe, Kecamatan Juli, Kabupaten Bireuen. Jarak ke lokasi tersebut hanya sekitar 7 km dari Kota Bireuen. Akan tetapi, walaupun sarana transportasi saat ini semakin membaik, kondisi Batee Seumbahyang tersebut semakin tidak terurus. Hanya beberapa orang saja yang mengunjungi Batee Seumbahyang, terutama para Petani yang kebunnya dekat dengan lokasi Batee Seumbahyang tersebut.

Ada kisah singkat yang penulis ketahui, kisah ini berasal dari orang tua penulis. Sewaktu kecil, penulis pernah diajak untuk mendatangi batu sembahyang tersebut. Menurut cerita beliau, Pada zaman dahulu hiduplah seorang wanita yang masih gadis bersama keluarganya. Wanita itu sangat taat beribadah dan sangat baik dalam menjaga diri dan kehormatannya dari berbagai godaan dan rayuan. Dalam kesehariannya wanita ini bekerja di kebun membantu orang tuanya.

Hingga pada suatu hari, datanglah serombongan laki-laki dari luar kampung. Laki-laki tak dikenal ini bertindak sangat brutal dan kasar kepada para penduduk. Mereka merampok dan merampas harta masyarakat secara sewenang-wenang. Hingga pada akhirnya, mereka mendatangi rumah si gadis. Si Gadis saat ini baru melaksanakan sembahyang (shalat) dan masih memakai pakaian shalatnya. Melihat rupa si gadis yang cantik jelita, akhirnya timbul nafsu syahwat si perampok. Mereka ingin merebut dan menggagahi si gadis. Akan tetapi untuk menjaga kehormatannya si gadis melawan sekuat tenaga.

Hingga akhirnya sang gadis mendapat kesempatan untuk melarikan diri. Ia pun berlari ke atas perbukitan, para lelaki perampok tersebut ikut mengejar di belakangnya. Ketika dirasa telah terpisah cukup jauh, sang gadis akhirnya berhenti dan melaksanakan Shalat sunat. Setelah shalat, iapun menengadahkan tangannya dan memohon kepada Allah, agar Allah menjaga kehormatannya. Allah mengabulkan do’anya dan mengubahnya menjadi batu dengan pakaian shalat yang dikenakannya.

Demikian kisah singkat Legenda Batu Sembahyang di Desa Alu Unoe, Kecamatan Juli. Masyarakat menamakan batu tersebut dengan batu sembahyang karena batu tersebut menyerupai wanita yang sedang shalat, mirip wanita shalat dengan memakai mukena berwarna putih. Akan tetapi, saat ini kondisi batu tersebut semakin berubah, akibat kondisi alam yang terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu.

Selain Batee Seumbahyang, saat ini banyak tempat-tempat tertentu di Aceh, khususnya Kabupaten Bireuen yang memerlukan perhatian kita bersama. Perlu upaya bersama untuk merawat dan menceritakan kisah-kisahnya kepada generasi muda dan yang paling penting lagi, perlu kesadaran pelestarian terhadap benda-benda bersejarah yang ada di sekitar kita.

Penulis : Herri Saifuddin

Post a Comment for "Kisah Batee Seumbahyang (Batu Sembahyang)"