Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kisah Perdebatan Antara Abu Hanifah Dengan Seorang Atheis

Kisah Perdebatan Antara Abu Hanifah Dengan Seorang Atheis
Gambar : Pixabay.com

Imam Hanafi atau yang biasa dipanggil Abu Hanifah bernama asli Nu'man bin Tsabit. Beliau adalah seorang ulama besar ahli Fiqih dan merupakan salah seorang ulama Mazhab terkenal. Selain menguasai ilmu Fiqih Abu Hanifah juga ahli di bidang ilmu Tauhid. Abu Hanifah hidup pada masa kekhalifahan ke 4 dari Bani Umaiyah, yaitu pada masa Khalifah Malik bin Marwan pada tahun 80 H atau pada Abad ke 8 Masehi.

Pada saat ini berkembang paham Atheisme yang dibawa sekelompok orang dari kaum Sumaniyah. Kelompok ini semakin lama semakin banyak pendukungnya. Hal ini terjadi karena mereka sangat pandai berdebat, banyak cerdik pandai pada masa itu yang berhasil mereka kalahkan, hal ini terjadi karena mereka memiliki kepandaian berdebat dengan memainkan logika.

Akibat Semakin berkembangnya kelompok atheis ini membuat keresahan dalam masyarakat. Masyarakat menjadi takut anggota keluarganya terpengaruh menjadi murtad karena ikut menjadi seorang atheis. Hingga pada akhirnya berita tentang atheis ini sampai kepada Abu Hanifah.

Si Atheis merasa sombong akibat telah berhasil mengalahkan banyak ulama saat itu, hingga pada akhirnya ia menantang Abu Hanifah. Kemudian disepakatilah waktu dan tempat untuk berdebat, dan disepakati juga debat tersebut harus disaksikan oleh masyarakat umum. Si Atheis sangat senang dengan kesepakatan tersebut karena dia menyangka bisa mengalahkan Abu Hanifah dan mendapat banyak pengikut.

Hingga pada hari yang tentukan, Abu Hanifah dan si atheis bertemu, Perdebatanpun dimulai dengan pertanyaan tentang keberadaan Tuhan.

Orang Atheis bertanya kepada Abu Hanifah "Mulai kapan Tuhanmu itu ada?".

Abu Hanifah menjawab, " Allah SWT sudah ada, sebelum sesuatu itu ada".

Orang Atheis kebingungan dan berkata, "Kok bisa? Coba jelaskan?".

Abu Hanifah menjawab, " Baik! Mari kita buktikan, Angka berapa sebelum angka 4?".

Orang Atheis menjawab," angka 3 .

Abu Hanifah : “Sebelum angka 3”,

Atheis : "angka 2 dong,

Abu Hanifah kembali bertanya : “sebelum angka 2 ?".

Atheis : "angka 1".

Abu Hanifah melanjutkan :"sebelum angka 1 ?".

Atheis : "satu".

Abu Hanifah mengulang kembali : "sebelum angka 1?".

Atheis : "jelas tidak ada".

Kemudian Hanifah menjelaskan, " Nah anda sadarkan bahwa angka satu aja bisa ada tanpa didahului oleh angka yang lainnya, lalu bagaimana mungkin anda masih kebingungan dengan dzat yang Maha Esa, Allah SWT? Dialah Dzat yang paling awal tidak ada satu pun yang mendahului keberadaan-Nya, coba kita perdalam lagi, kalau angka 3 berasal dari 2+1, angka 2 berasal dari 1+1, angka 1, lalu dari mana angka 1 berasal, bila tidak ada angka apapun sebelumnya, jadi bagaimana mungkin anda ragu dengan keberadaan Allah SWT Dzat yang Maha Esa? "

Kemudian Atheis merasa geram karena Abu Hanifah bisa menjawab pertanyaannya. Lalu si Atheis bertanya lagi dengan harapan Abu Hanifah bisa gagal dalam menjawab pertanyaannya,

Si Atheis : “Sekarang coba jelaskan, kenapa kalau orang masuk syurga bisa ada permulaan, tapi tidak ada akhirnya? ".

Abu Hanifah menjawabnya dengan perumpamaan yang mudah, "Coba anda pikir angka itu memiliki awal tetapi tidak memiliki akhir, contohnya 1, 2, 3.........10.....100, 101....200, 201.... Apakah ada akhir dari sebuah angka?”

Si Atheis menjawab : "Angka tidak akan ada akhirnya”.

Lalu Abu Hanifah menjelaskan : “Kalau angka saja tidak ada akhirnya, mengapa engkau ragu dengan ciptaan Allah SWT yang lain.

Abu Hanifah pun menang dalam perdebatan tersebut. Atheis tampak berfikir dan merenungkan apa yang dijelaskan oleh Abu Hanifah. Sehingga akhirnya Atheis tersebut mengakui kebenarannya yang disampaikan Abu Hanifah. Dengan penejelasan yang masuk akal dari Abu Hanifah, Si Atheis dan pengikutnya akhirnya bertaubat dan kembali ke dalam agama Islam.

Begitulah Abu Hanifah yang cerdas, dapat memberikan jawaban dari pertanyaan Atheis dengan mengunakan perumpamaan dengan mudah dan mengajak si Atheis untuk berfikir. Perlu kepandaian dan kesabaran untuk mengalahkan para pemikir yang tersesat seperti si Atheis tersebut.

Penulis : Julia binti Saridin, dari beberapa sumber.



Post a Comment for "Kisah Perdebatan Antara Abu Hanifah Dengan Seorang Atheis"