Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Belajar Cara Penyembuhan Dari Kucing Ketika Sakit

Belajar Cara Penyembuhan Dari Kucing Ketika Sakit
Gambar : Pixabay.com

Kucing merupakan hewan peliharaan yang sangat digemari. Bentuknya yang imut dan lucu, serta bisa menjadi kawan bermain anak-anak menjadi salah satu faktor mengapa kucing menjadi salah satu hewan peliharaan yang mudah dijumpai.

Akan tetapi, kadang tingkah laku kucing kadang luput dari pengamatan kita. Mari sekarang kita coba menelusuri kehidupan kucing di sekitar kita dan bagaimana perlakuan kucing pada tubuhnya ketika sakit.

Secara pribadi, saya pernah mengamati kuncing liar yang sakit parah di rumah saya. Kucing itu bukan sengaja dipelihara, melainkan datang sendiri dan hidup di sekitar rumah. Pada waktu itu, si kucing yang semula sangat lincah, tiba-tiba jadi pendiam dan berbaring tidur selama berhari-hari. Kalaupun dia bergerak, sangat sedikit sekali, hanya sesekali menghirup udara segar dan menggerak-gerakkan badannya agar tidak kaku.

Pada waktu itu, saya melihat berkali-kali dia muntah dengan bau yang cukup menyengat. Lalu saya merasa kasihan dan coba memberinya susu yang dituangkan di mangkuk, tapi sedikit pun susu itu tidak disentuhnya sampai akhirnya saya buang. Lalu saya coba memberinya air dan dia mencicipinya sedikit demi sedikit.

Setelah beberapa hari, saya melihat kucing itu tidak makan dan hanya berbaring lemas dan kadang menjilati bagian-bagian tubuh tertentu dengan air ludahnya, sambil sesekali jalan perlahan keluar. Saya melihat badannya semakin kurus, tapi sorot matanya tetap tajam dan menunjukkan sebuah tanda-tanda optimis untuk bisa cepat sembuh kembali. Lalu setelah kucing itu tidak muntah lagi, dia mulai mencari-cari makanan. Lalu saya coba berikan dia sepotong ikan yang biasanya dimakan lahap, tapi tidak juga dimakannya. Ikan yang saya berikan hanya dijilati dan diciumi, lalu ditinggalkannya.
Belajar Cara Penyembuhan Dari Kucing Ketika Sakit
Gambar : Pixabay.com

Lalu saya coba memberi si kucing susu lagi. Dia mulai menjilatinya sedikit-sedikit secara perlahan, sambil kadang dia menoleh ke arah saya. Saya terkesan dengan gerak-geriknya. Dia terkesan sedang bertanya kepada tubuhnya dari setiap jilatan susu yang diminumnya, apakah tubuhnya sudah merasa siap dan menerima dengan baik dari makanan yang dimakannya. Kira-kira sekitar 25% susu yang dijilatinya masuk ke mulutnya. Setelah itu dia tinggalkan dan kembali lagi berbaring.

Keesokan harinya, saya memberi si kucing susu lagi, lalu dijilatinya lebih cepat. Hampir sebanyak 75%-nya habis diminumnya. Lalu keesokan harinya, saya coba beri dia ikan, lalu dia mulai memakannya secara perlahan, dan mengunyahnya cukup lama. Separuh dari yang disajikan habis dimakannya. Hari berikutnya dia sudah kembali lincah dan menunjukkan energinya kalau kucing itu sudah benar-benar sehat seperti sedia kala.

Dari hasil pengamatan tersebut, kita bisa ambil banyak pelajaran yang sudah dilupakan oleh banyak dokter konvensional maupun para pengobat tradisional bahwa banyak obat-obatan yang telah masuk ke dalam tubuh dengan tujuan meredam gejala penyakit. Cara instan dan asal cepat ini sesungguhnya memiliki risiko dan efek samping ada tubuh dalam jangka panjang, dan mayoritas dari kita kurang memperhatikannya.

Kita takut dan sangat cemas ketika berat badan dan selera makan anak kita menurun ketika sakit, padahal itu semua reaksi positif tubuh. Inilah kebodohan kita akan bahasa tubuh yang membuat kita lupa kalau gejala-gejala itu merupakan bagian dari reaksi positif tubuh dalam memberikan informasi ketika tubuh sakit.

Sungguh sangat menyedihkan. Seekor kucing yang lugu dan tidak pernah masuk sekolah kedokteran bisa lebih bijak dan memahami bahasa tubuhnya lebih baik daripada kita sebagai manusia.

Mengapa Harus Belajar dari Kucing?

1. Kucing tidak pernah takut berat badannya menurun ketika sakit, karena dia tahu berat badannya akan kembali normal setelah dia sehat.

2. Kucing tidak pernah takut untuk tidak makan ketika tubuhnya tidak bisa mencerna makanan.

3. Kucing lebih bijak dalam menjawab bahasa tubuhnya, kapan dia harus makan dan kapan dia harus berhenti makan.

4. Kucing yang tidak pernah sekolah lebih pandai membaca bahasa tubuhnya daripada kita yang sekolah dan diberi akal yang lebih baik.

5. Kucing bisa lebih mandiri mengurus diri dan mengobati penyakitnya tanpa bergantung pada dokter seperti manusia umumnya

Pernyataan tersebut dimaksudkan untuk mengajak masyarakat agar bisa merenungkan kekurangbijakan kita dalam memperlakukan tubuh, harta kita yang termahal. Saya ingin mengajak untuk mengambil ilmu dari mana pun sumbernya, sekalipun dari binatang seperti seekor kucing.

Banyak gerakan-gerakan terapi pernapasan diambil dari gerakan binatang. Manusia sudah sejak ribuan tahun yang lalu belajar dari kehidupan positif binatang, seperti gerakan-gerakan dalam yoga diambil dari gerakan kucing, kuda dan binatang lainnya.

Dari berbagai Sumber

Post a Comment for "Belajar Cara Penyembuhan Dari Kucing Ketika Sakit"