Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Nasehat Yang Paling Mujarab Untuk Ahli Maksiat

Nasehat Yang Paling Mujarab Untuk Ahli MaksiatGambar : Pixabay.com

Pada suatu hari seorang lelaki bernama Jahdar bin Rabiah mendatangi Ibrahim bin Adham. Lelaki tersebut merupakan seorang yang sangat suka berbuat berbagai maksiat, hingga tiba-tiba timbul keinginan untuk menghentikan kebiasaan maksiatnya. Akan tetapi sangat sulit baginya untuk menghentikan, sehingga ia membutuhkan nasehat yang tepat.

Ia berkata, “Ya Aba Ishak, aku adalah seorang yang sangat suka melakukan maksiat, tolong berikan aku cara yang sangat ampuh sehingga aku mampu menghentikan kebiasaanku tesebut”.

Mendengar kata-kata lelaki tersebut Ibrahim bin Adham merenung sejenak, kemudian ia berkata, “Wahai hamba Allah, jika Engkau mampu melaksanakan lima syarat yang aku ajukan, maka berbuatlah maksiat sebanyak apapun yang kamu mau".

Dengan penuh rasa penasaran Jahdar kemudian bertanya, “Ya Aba Ishak, apa syarat-syarat itu?”

Ibrahim berkata, “Apabila engkau ingin melakukan perbuatan maksiat, maka janganlah pernah engkau memakan rizki dan semua
pemberian dari Allah”

Jahdar bin Rabiah sambil mengernyitkan dahinya lalu berkata, “Kalau bukan rizki dari Allah, maka aku makan rizki darimana, bukankah semua yang ada di bumi milik Allah”.

Benar", Ibrahim bin Adham menjawab dengan tegas., kemudian melanjutkan : “Engkau telah mengetahuinya maka masih pantaskah engkau berbuat maksiat dan melanggar perintah-perintah-Nya?

Lelaki itu terlihat mulai menyerah dan berkata, “baiklah, kemudian apa syarat yang kedua itu?”

Ibrahim kemudian berkata, “Bila engkau ingin berbuat maksiat, maka janganlah engkau tinggal di bumi-Nya".

Mendengar syarat yang kedua ini, Jahdar bin Rabiah terlihat sangat kaget, kemudian berkata, “Syarat apa ini, bagaimana mungkin aku bisa tinggal selain di bumi, bukankah bumi dan segala isi dan tumbuhan yang tumbuh di permukaannya ini milik Allah?”

Ibrahim berkata “Engkau benar wahai hamba Allah, maka fikirkanlah, apabila engkau memakan rizki dari Allah dan tinggal di bumi Allah, maka pantaskah engkau berbuat maksiat kepada-Nya”?

Jahdar semakin penasaran, kemudian kembali bertanya, “Engkau benar wahai Aba Ishak, kemudian apa syarat yang ketiga itu?”

Ibrahim kembali melanjutkan “Kalau kau masih suka berbuat maksiat tapi masih memakan rizki dari-Nya dan tinggal di bumi-Nya, maka carilah tempat untuk berbuat maksiat yang tidak terlihat oleh-Nya".

Mendengat syarat ini Jahdar semakin terkesima, “Wahai Aba Ishak, nasehat seperti apa ini? Apakah mungkin Allah tidak bisa melihat kita?”

“Seandainya engkau yakin Allah bisa melihat kita, akan tetapi engkau masih memakan rizki-Nya, tinggal di bumi-Nya tapi masih terus berbuat maksiat kepada-Nya, maka pantaskah engkau melakukan maksiat tersebut?” Tanya Ibrahim bin Adham kepada Jahdar.

Jahdar menjawab, “Kemudian, apa syarat yang keempat ya Aba Ishak?

“Syarat keempat, Seandainya malaikat maut datang mencabut nyawamu, maka katakanlah kepadanya untuk menunda, karena engkau ingin bertaubat dan berbuat amal shaleh terlebih dahulu”.

Jahdar termenung sepertinya mulai sadar akan kesalahan yang dibuatnya selama ini, ia kemudian berkata, “Tidak mungkin, tidak mungkin itu semua bisa aku lakukan”

Ibrahim bin Adham berkata, “Jika engkau tidak bisa menunda kematianmu, maka bagaimana caranya engkau bisa menghindari kemurkaan Allah?”.

Seakan tidak mampu berkata lagi, ia kemudian berkata, “maka sampaikanlah kepadaku syarat yang kelima”

Ibrahim bin Adham untuk kesekian kalinya memberikan nasehat kepada Jarrah, “Yang terakhir, apabila malaikat Malik Zabaniah ingin membawamu ke neraka, maka janganlah engkau ikut bersamanya, larilah dan menjauhlah dari neraka itu”.

Mendengar kata-kata terakhir itu, lelaki di hadapan Ibrahim bin Adham tampak tidak sanggup lagi mendengar nasehatnya. Iapun menangis dengan penuh penyesalan, air matanya jatuh bercucuran, ia kemudian berkata, “Cukup Aba Ishak, Jangan engkau teruskan lagi, mulai hari ini aku beristigfar, bertaubat nasuha dan tidak akan melakukan maksiat apapun kepada Allah

Setelah pertemuan dengan Ibrahim bin Adham tersebut, Lelaki itu kemudian menepati janjinya, ia benar-benar bertaubat, dari yang dulunya ahli maksiat berubah menjadi ahli ibadah, yang setiap perintah-perintah Allah, ia laksanakan dengan khusyu’.

Sumber : Imam Musbikin dan Aziz Mushoffa

Post a Comment for "Nasehat Yang Paling Mujarab Untuk Ahli Maksiat"