TIGA PENYEBAB ANAK SUKA BERBOHONG DAN CARA ORANG TUA MENGATASINYA
Penyebab Anak Suka Berbohong dan Cara Orang Tua Mengatasinya
Bohong adalah masalah utama yang dijumpai orangtua pada anak mereka. Tetapi sebenarnya, berbohong tidak hanya ditemukanpada anak-anak saja. Ketika berbohong menjadi suatu kebiasaan di antara orang dewasa, ini menjadi hal yang cukup mengganggu. Ini seperti saat sebuah wabah penyakit menyerang dokternya sendiri. Kita bisa menduga bahwa kebiasaan berbohong lebih merajalela saat orang-orang bersikap lebih materialistis, dan saat keadaan ekonomi menurun. Pada saat itulah orang-orang akan lebih cenderung berbohong, dan inilah yang kita sedang hadapi saat ini. Inilah kenapa saya mengatakan bahwa cara untuk mengurangi kebohongan dalam komunitas kita tergantung pada usaha kita menciptakan perkembangan yang nyata dalam hidup kita secara nyata dan komprehensif.
Mendefinisikan Berbohong
Saat kita membahas bohongnya anak-anak, kita sedang membicarakan kontradiksi antara apa yang dia katakan dengan apa yang dia lakukan, dengan tujuan untuk menyesatkan dan menutupi kebenaran. Ini adalah saat, misalnya, seorang anak berusia 10tahun menumpahkan tinta ke sebuah furnitur di rumah,dan saat ditanya tentang itu anak tidak mengakui telah melakukannya, atau mengatakan tidak tahu siapa yang melakukannya.
Berbohong itu Masalah Serius
Kita pantas merasa kesal saat mendengar kebohongan karena dua alasan utama:
Yang pertama, berbohong seringkali digunakan untuk menutupi suatu kenakalan, kesalahan, kegagalan, atau kelemahan. Ini berarti berbohong adalah faktor utama dalam memperbesar kemungkinan orang yang bersalah melakukan perilaku yang tidak baik itu lagi dan lagi. Karena berbohong terbukti menjadi jalan keluar bagi mereka untuk menghindari konsekuensi dari kesalahan mereka. Dengan begini, kebiasaan berbohong dapat mempercepat seseorang menjadi sangat nakal dan menjadi kebiasaan buruk.
Yang kedua, berbohong sangat terkait dengan kenakalan seperti curang, mencuri, dan pemalsuan. Banyak studi ilmiah telah menyimpulkan bahwa anak-anak nakal yang biasa berbohong biasanya ditemukan bersalah dengan berbuat curang dan mencuri. Ini tidak mengherankan, karena semua kenakalan di atas berakar dari satu sifat dasar: khianat, tidak setia pada kebenaran,kepercayaan, dan keyakinan.
Gambar : Pixabay.com
Dari sini kita dapat memahami pentingnya pelajaran yang diingatkan oleh Rasulullah SAW, untuk menghindari berbohong, baik pada orang dewasa maupun anak-anak. Contohnya: Abdullah bin Amr, seorang sahabat Rasul, menceritakan bahwa ibunya memanggilnya, dan Rasulullah mendengarnya berkata, "Kemarilah aku akan memberimu sesuatu.” Kemudian Rasulullah SAW bertanya “Apa yang akan engkau berikan padanya”. Ia menjawab “Beberapa kurma," Rasulullah SAW berkata. "Ingatlah, Jika kamu tidak memiliki apa-apa untuk diberikan padanya, akan tercatat sebagai kedustaan bagimu." Pada waktu yang lainnya, 'Aisyah ra, istri Nabi, meriwayatkan, "Setiap kali Rasulullah mengetahui ada anggota keluarganya yang berbohong, beliau berhenti berbicara dengan mereka sampai mereka bertobat." Kebiasaan Rasulullah ini adalah bentuk ketidaksetujuan dalam cara yang praktis. Inilah yang harus ditiru oleh setiap kepala keluarga.
Kenapa Seorang Anak Berbohong?
Fakta pertama yang harus dinyatakan di sini adalah berbohong bukanlah sifat bawaan lahir, dan juga tidak diwariskan secara genetik. Bohong adalah sifat yang didapatkan, diajarkan kepada anak melalui contoh, ajaran, dan pengalaman yang terakumulasi. Hal ini tentu saja menyebabkan kita menyalahkan orang dewasa di dalam keluarganya, dan dalam lingkungannya. Namun, kita bisa juga mengatakan bahwa sang anak akan lebih cenderung berbohong dalam dua situasi dasar:
Kemampuan Verbal Yang Baik
Seorang anak yang fasih dan mahir dalam merangkai kata akan terdorong untuk berbicara lebih banyak tanpa berusaha mengecek apakah yang dia katakan sesuai atau tidak dengan keadaan yang sebenarnya. Dan sayangnya hal ini dapat melekat pada beberapa anak sampai dia hampir menginjak usia dewasa atau bahkan setelahnya.Merupakan sebuah fakta bahwa seseorang yang dapat merangkai kalimat dengan lancar dan memiliki sifat persuasif secara tersembunyi dapat membuatnya terjerumus untuk berbohong!
Imajinasi Yang Kaya dan Aktif
Ini cukup umum terjadi pada anak-anak. Ada seorang anak yang mengatakan dia pernah melihat kucing dengan tanduk. Dia melihat biri-biri bertanduk yang disembelih pada waktu Idul Adha, dan dalam imajinasinya tertanam tanduk itu ada pada seekor kucing. Setelah catatan awal ini, kita sekarang dapat menyebutkan beberapa alasan yang mendorong seorang anak untuk berbohong:
1. Takut akan hukuman, dan khawatir hal-hal yang dia inginkan akan diambil darinya. Hal ini menyebabkan anak berbohong lebih dari faktor-faktor lainnya. Kesimpulan dari suatu studi menunjukkan bahwa alasan seorang anak berbohong adalah karena:
Gambar : Penyebab Anak Berbohong
2. Kebanyakan studi yang fokusnya pada perilaku anak mengindikasikan bahwa semakin menghukum dan keras orangtua mereka, dalam memaksa seorang anak untuk jujur dan mengakui beberapa kesalahan mereka, justru semakin anak itu akan memilih berbohong, dan lama-kelamaan akan menjadi kebiasaannya. Motifnya di sini adalah rasa takut, tetapi menyalahkan orangtua yang keras atas kenakalan anak-anak mereka. Kita, orang-orang yang beriman, telah diajarkan oleh Rasulullah bahwa saat kita menggunakan kebaikan dan kasih sayang, hal itu akan menghiasi setiap situasi di mana kita menggunakannya, dan sebaliknya, mengotori setiap situasi di mana kita tidk menggunakannya.
3. Seorang anak dapat berbohong untuk menyenangkan pendengarnya, dan untuk membuat kagum pada diri mereka. Anak-anak dapat menyombongkan baju-baju bagus yang mereka sebenarnya tidak punya, atau mereka dapat berkata mereka memiliki kemampuan atletik yang super.
4. Berbohong dapat menjadi sarana bagi seorang anak untuk mendapatkan sesuatu. Satu bentuk umum dari hal tersebut adalah saat dia berkata kepada orangtuanya bahwa gurunya menyuruhnya membeli beberapa barang tertentu, padahal sebenarnya dia hanya ingin uang itu untuk membeli kudapan atau mainan.
5. Beberapa sifat bohong berasal dari kenakalan atau kebencian. Ini terjadi misalnya saat sebuah vas jatuh dan pecah dan sang ibu tidak mengetahui siapa yang melakukannya. Kemudian anak itu berkata anak lain yang melakukannya. Anak itu mungkin sama sekali tidak tahu siapa pelakunya, tetapi mereka berbohong hanya untuk menghukum seseorang yang ingin mereka lihat dihukum.
6. Berbohong karena meniru. Seperti yang telah kitasebutkan di atas, berbohong adalah suatu perilaku yang didapatkan. Seorang anak yang berbohong melakukan itu dengan sering karena melihat orangtuanya, atau kakak-kakaknya, atau beberapa teman sekelasnya melakukannya. Ada seorang anak bercerita dia belajar berbohong dari orangtuanya. Orangtuanya sering berpura-pura sudah tidur sampai dia tidur, dan kemudian mereka akan pergi untuk mengunjungi teman mereka. Ibunya pernah berkata padanya, "Ayo kita pergi ke taman bermain!" dan dia sudah bersiap-siap dengan gembira, namun berakhir di kursi dokter gigi.
Bagaimana Memperlakukan Kebohongan Anak-Anak
1. Anak berusia empat atau lima tahun yang berbohong seharusnya tidak perlu membuat khawatir orangtuanya, karena pada usia ini mereka belum bisa membedakan mana imajinasi mana kenyataan, atau memahami perlunya apa yang dia ucapkan selaras dengan kenyataan sebenarnya.
2. Cobalah untuk tidak memojokkan anak itu dengan memaksanya untuk mengakui kesalahannya. Akan lebih baik untuk mencari bukti yang membuatnya tidak dapat berkelit.
3. Seorang anak kadang berbohong tentang memiliki kelebihan tertentu yang sebenarnya mereka tidak miliki. kebohongan mereka dalam hal ini adalah sebagai kompensasi dari perasaan rendah diri. Dalam kasus ini banyak dijumpai anak-anak yang mengatakan ayah-ayah mereka sangat kaya, dan mereka melakukannya karena mereka tahu ayah mereka sebenarnya sangat miskin. Untuk menghadapi masalah ini, kita perlu mendukung dan mendorong rasa percaya diri anak supaya mereka tidak merasa perlu berbohong.
4. Anak-anak tentunya tidak akan memiliki banyak kesempatan untuk belajar pentingnya kejujuran jika ayahnya berbohong kepada ibunya, kakaknya berbohong kepada adiknya, dan kakaknya berbohong pada teman-temannya. Yang seorang anak butuhkan adalah budaya yang memberikan pemaknaan yang sangat besar untuk berkata jujur, budaya mengikatkan diri pada kejujuran dan menjaganya. Budaya seperti inilah yang membuat berbohong tampak menjijikkan di mata anak-anak.Inilah sebenarnya tantangan paling besar dalam mengajarkan kejujuran.
Gambar : Pixabay.com
5. Melebih-lebihkan sesuatu terkadang tidak berbeda jauh dari berbohong. Inilah yang diceritakan oleh seorang remaja, "Saya sering mendengar ibu saya berkata pada teman-temannya tentang pekerjaan ayah saya, bahwa ayah saya memiliki jabatan yang sangat bagus, dan membuatnya harus sering bepergian. Saya biasa mengatakan hal yang sama pada teman-teman saya di sekolah seperti yang saya dengar dari ibu saya dan mereka iri dengan keberuntungan saya. Kemudian, saat saya SMA, sangat mengejutkan bagi saya untuk mengetahui bahwa ayah saya hanyalah asisten dari seorang pebisnis, dan dia hanya menemaninya dalam perjalanannya yang sering dilakukannya itu."
6. Seorang anak harus dibuat merasa bahwa berkata jujur adalah nilai Islam yang sangat tinggi. Cukup untuk mengutip hadits Rasulullah , "Berkata jujur akan membawa kepada kebaikan" (bahasa Arab: 'birr'." dan kata 'birr' di sini mencakup seluruh perbuatan baik. Kita juga harus menunjukkan kepada sang anak bahwa kita membenci berbohong, dan khawatir akan konsekuensi dari berbohong. Seorang ibu mengingat lebih dari dua puluh cerita tentang nasib-nasib mengerikan orang-orang yang berbohong, kemudian ibu itu menceritakan kisah-kisah tersebut dengan menarik kepada anak-anaknya sampai mnereka terus memintanya untuk bercerita lagi. Dia berkata bahwa anaknya yang berusia sembilan tahun telah mengangkat dirinya sebagai penanggung jawab yang mengamati dan membenarkan ucapan-ucapan yang bertentangan dengan kenyataan.
7. Sangat penting agar seorang anak tidak pernah terkesan bahwa berbohong dapat menyelamatkan mereka dari hukuman. Sebaliknya, mereka harus secara eksplisit diberitahu bahwa berkata jujur akan mengurangi hukuman mereka dan dengan berbohong untuk menyembunyikan kesalahan hanya akan menjadikan hukuman mereka bertambah. Satu untuk kesalahan mereka dan satu untuk kebohongan mereka.
8. Untuk menghilangkan sifat berbohong seorang anak mungkin tidak bisa dilakukan kecuali sampai kita mengetahui alasan utama dari kebohongan mereka. Jika penyebabnya adalah hukuman, maka kita perlu meringankan hukuman kita dan membuat anak-anak mnerasa lebih aman, sekaligus berhati-hati untuk menekankan bahwa kesalahan mereka tetap tidak ditoleransi. Jika motif mereka adalah untuk mempermalukan seseorang, maka kita tekankan pentingnya bersikap adil, menyemangati orang lain, dan sifat saling menghormati. Jika anak berbohong karena meniru-niru anggota keluarganya yang lain kita harus introspeksi diri kita sendiri. Kita harus berusaha sebaik mungkin untuk tidak mengucapkan kebohongan.Jika anak-anak menggunakan berbohong untuk kabur dari perasaan rendah diri dan kekurangan,kita lakukan apa yang bisa kita lakukan untuk mendorong rasa percaya diri mereka, dan berusaha menunjukkan pada mereka kekuatan dan keunikan dalam diri mereka dan dalam keluarga.Dan begitu setersnya, kita harus fokus pada penyebab utama.
9. Jangan kita biarkan pada kesadaran anak-anak kita tertanam anggapan bahwa mereka adalah pembohong, atau kita tahu semua kebohongan mereka. Faktanya ini adalah dorongan bagi mereka untuk terus berbohong. Sebaliknya mari kita membuat mereka mendengar kita memuji orang-orang yang jujur, dan memuji setiapkejujuran mereka. Ketika mereka berbohong,bersikaplah seolah itu adalah suatu kesalahan yang tidak biasa mereka lakukan karena mnereka sebenarnya adalah anak yang jujur,dan kita berharap itu tdak tejradi lagi. Saya melihat banyak orangtua yang sukses berusaha dalam menjadikan diri anak mereka memiliki sifat yang positif, ceria, dan percaya diri. Usaha mereka berbuah baik, karena anak-anak pada suatu waktu akan merasakan tidak konsistennya perilaku mereka dengan pujian yang mereka terima dari lingkungan dan mereka akan berusaha untuk meningkatkan diri mereka agar sesuai dengan citra yang dilihat oleh orangtua mereka.
Sumber : 10 Problem Utama Anak dan Solusinya, Prof.Dr. Abdul Karim Bakkar
Post a Comment for "TIGA PENYEBAB ANAK SUKA BERBOHONG DAN CARA ORANG TUA MENGATASINYA "